Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

Selasa, 10 Mei 2011

1.000 Kapal untuk Nelayan

BENGKULU, KOMPAS.Com - Rendahnya produksi perikanan tangkap Indonesia berkaitan erat dengan minimnya kapal berbobot mati di atas 30 gross ton ( GT). Akibat kapal yang kecil daya jelajah nelayan terbatas dan hasil tangkapan pun sedikit.
<a href='http://ads3.kompasads.com/new/www/delivery/ck.php?n=a3126491&cb=INSERT_RANDOM_NUMBER_HERE' target='_blank'><img src='http://ads3.kompasads.com/new/www/delivery/avw.php?zoneid=951&cb=INSERT_RANDOM_NUMBER_HERE&n=a3126491' border='0' alt='' /></a>
Demikian disampaikan Menteri Kelautan Perikanan, Fadel Muhamad, ketika menyerahkan tiga kapal 30 GT kepada nelayan Bengkulu, Selasa (10/5) sore. Oleh karena itu, katanya, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) memprogramkan bantuan 1.000 kepala berbobot mati 30 GT untuk nelayan seluruh Indonesia.
"Kapal nelayan yang 30 GT hanya dua persen dari seluruh kapal nelayan di Indonesia. Sebanyak 98 persen kapal nelayan hanya 5 GT, 10 GT, atau 20 GT," ujar Fadel.
Akibat lain dari daya jelajah nelayan yang terbatas, kata Fadel, ialah masuknya kapal-kapal pencari ikan berukuran besar dari luar negeri.
Kapal 30 GT bantuan dari KKP dibuat di galangan kapal tradisional di berbagai daerah. Dengan begitu, galangan kapal tradisional yang mayoritas hamper mati itu bisa beroperasi lagi.
Provinsi Bengkulu pada 2011 ini mendapat bantuan tiga kapal 30 GT. Kapal itu diharapkan dapat membantu nelayan Bengkulu mengarungi Samudera Hindia di pesisir Barat Sumatera.
Kapal bantun untuk nelayan Bengkulu dibuat di lokasi pembuatan kapal tradisional milik H Rizwan Effendi di daerah Pasar Bengkulu.
Menurut Rizwan, harga satu kapal 30 GT sekitar Rp 300 juta. Pembuatan satu kapal 30 GT berbahan kayu kelas kruing ini memerlukan waktu 5-6 bulan. Kapal itu bisa tahan hingga 10 tahun dan memiliki daya jelajah tak terbatas.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Blogger Templates