Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

Selasa, 10 Mei 2011

Pertanian dan Bebek

Di Jepang ada sebuah keluarga yang bernama Keluarga Takao Furuno San melakukan usaha pertanian dengan sekala kecil, mereka mempunyai tanah hanya 2 ha, dimana 1,4 ha digunakan untuk usaha pertanian terpadu padi dan bebek, sisanya yang 0,4 ha digunakan untuk pertanian sayur-mayur tanpa menggunakan pestisida. Pertanian milik keluarga ini mempunyai teikei (pelanggan, pembeli langsung) sebanyak 100 keluarga. Keluarga ini menjadikan Bebek dan Pertaniannya menjalin sutu hubungan sisbiosis mutualisme. Dimana Bebek bermanfaat bagi pertumbuhan padinya dan bebek pun mendapatkan makanan.
Pada petani Asia yang menanam padi biasanya akan selalu ditemui bebek. Sawah padi dan bebek mempunyai hubungan yang sangat dekat dan tidak dapat dipisahkan. Akan tetapi bebek pada umumnya dipandang rendah di beberapa negara. Di Jepang terdapat ungkapan perasaan “klesotan bebek”. Di Indonesia orang yang hanya sukanya mengikut saja disebut “Membebek”. Di Vietnam orang bilang “Jika kamu ingin kaya peliharalah ikan, jika kamu ingin memperoleh uang peliharalah babi, jika kamu ingin miskin peliharalah bebek”. Akan tetapi, jika bebek dan tanaman padi digabungkan dalam pertanian terpadu padi dan bebek, akan menjungkirbalikan pepatah tersebut diatas. Sehingga kita perlu mempertimbangkan kembali pemanfaatan bebek dalam usaha pertanian.
Unggas air dapat dikategorikan menjadi 3, yaitu bebek asli, angsa dan bebek Muscovy. Diantara ketiga bebek ini, bebek Muscovy merupakan bebek yang paling lemah terhadap air sehingga tidak cocok untuk pertanian terbadu dengan padi. Begitu juga angsa juga tidak cocok untuk pertanian terpadu dengan padi karena angsa suka memakan daun padi. Bebek biasa dengan ukuran yang kecil paling baik untuk dipelihara sawah padi. Teknik umum pertanian padi dan bebek yang dia laksanakan adalah sebagai berikut:
  1. Sawah padi ditutup dengan pagar bambu, jaring, aliran listrik, dan bahan-bahan lainnya. Penutupan sawah ini bertujuan untuk menjaga bebek dari terkaman predator (pemangsa bebek) dan mencegah bebek lepas keluar sawah.
  2. Satu sampai dua minggu setelah penanaman bibit padi, anak bebek yang berumur 1-2 minggu dilepas di sawah dengan jumlah yang proporsional yaitu 20-30 ekor per 10 are.
  3. Anak bebek dipelihara dengan cara melepaskannya di sawah baik siang maupun malam sampai dengan saatnya bulir padi terbentuk (di Jepang sekitar 2-3 bulan). Seperti dilakukan di pedesaan di Negara Asia pada umumnya bebek hanya dilepas di sawah pada siang hari saja kemudian digiring masuk kandang pada sore hari dengan alasan untuk mencegah bebek tersebut dicuri orang.
Untuk percobaan, dilepaskan anak bebek di sawah padi setelah penanaman bibit padi. Anak bebek akan berenang keseluruh penjuru sawah padi, dengan rakus memakan rumput liar (gulma), serangga, katak, berudu dan lumpur di sawah padi. Anak bebek ini akan tumbuh dengan cepat. Tanaman padinya akan terbajak dengan baik, keluar cabang dengan baik, dan tumbuh dengan pesat.
Bebek tidak hanya untuk teknik penyiangan
Melepaskan unggas air ke sawah padi merupakan perkerjaan yang sangat sederhana. Akan tetapi keberhasilan kegiatan ini sangat bervariasi tergantung kepada orang, negara dan waktu. Yang sangat menarik, masih banyak orang yang beranggapan bahwa bebek hanya digunakan untuk penyiangan saja. Menurut teknik pertanian terpadu padi dan bebek ini, sawah padi ditutup dengan pagar beraliran listrik, jaring dan sebagainya, bertujuan untuk menciptakan lingkungan dimana bebek dan padi dapat menjalin simbiose yang saling menguntungkan. Furuno san menyebut simbiose ini sebagai “Dunia satu bebek dapat manfaat banyak”. Pertanian padi dan bebek telah terpadu dalam sawah padi secara organis
Bebek mempunyai 6 manfaat untuk budidaya padi, yaitu :
  1. Manfaat untuk penyiangan
  2. Manfaat pengemdalian hama penyakit
  3. Manfaat pemupukan
  4. Manfaat pembajakan dan penggemburan tanah sepanjang waktu
  5. Manfaat mengendalikan keong emas
  6. Manfaat stimulasi pertumbuhan padi.
Di sisi lain sawah padi mempunyai manfaat untuk pemeliharaan bebek seperti berikut:
  1. Penggunaan sumber alami sebagi makanan seperti gulma, serangga, air tanaman
  2. Penggunaan ruang yang tersisa di sawah padi sebagai habitat bebek
  3. Penggunaan air yang berlimpah
  4. Sebagai tempat bebek bersembunyi dibawah daun padi.
Pada tahun belakangan ini, sistem ini menjadi bertambah variasi dan kreasinya dengan adanya penambahan ikan, azolla, dan peningkatan-nitrogen.
Gulma dan serangga untuk tanaman padi
Tidak ada sesuatupun didunia ini yang tidak mempunyai manfaatnya. Semua akan berjalan sesuai dengan aturan yang telah diciptakan dalam ekosistem di planet bumi ini.
Memang benar di sawah padi terdapatnya gulma dan hama penyakit. Akan tetapi, dalam pertanian modern, pendapat manusia tentang bercocok tanam padi telah didengungkan secara berlebihan bahwa gulma dan hama penyakit dijastifikasi hanya sebagai makhluk hidup yang selalu berbahaya dan mengganggu yang harus diberantas
Banyak orang telah mengendalikan dan memberantasnya dengan herbisida dan pestisida. Akan tetapi siatuasi akan berubah sama sekali apabila bebek dilepas di sawah padi. Opini yang telah dibangun tersebut di atas segera terbukti sebaliknya. Menarik sekali serangga dan gulma yang kita anggap sebagai “makhluk jelek” menjadi makanan yang sangat berguna untuk bebek, dan dapat dirubah menjadi daging, sedangkan kotoran bebek menjadi pupuk tanaman padi, dan dirubah menjadi beras. Akhirnya terhidanglah makanan berupa daging dan nasi yang menjadi santapan lezat kita.
Teknik ini terdapat sedikit kontradiksi. Empat atau lima minggu setelah melepas bebek ke sawah padi, jumlah gulma dan serangga menurun secara tajam sebagai hasil dari “efek bebek”. Ini adalah dampak alami yang ditimbulkannya dan yang kita inginkan. Akan tetapi keadaan ini juga bisa menimbulkan penurunan persediaan alami makanan bebek di sawah padi.
Maka dari itu kemudian muncul ide baru, Furuno san mulai menumbuhkan gulma yang disebut azolla sebagai “tanaman pakan” di sawah padi untuk makanan bebek. Dengan kata lain, Furuno san aktif menumbuhkan gulma di sawah padi. Kita dapat menyebutnya sebagai suatu pembalikan pemikiran yang terbalik.
Perbandingan dengan pertanian padi modern
Pertanian terpadu padi dan bebek sama sekali bukan teknik pertanian baru. Teknik ini merupakan penemuan kembali dan pembangunan kembali teknik lama. Akan menjadi jelas ketika kita membandingkannya dengan pertanian modern. Pertanian padi modern menggunakan metoda tunggal untuk menangani masalah, yaitu dengan mengaplikasikan herbisida untuk memberantas gulma, dan menggunakan pestisida dan bahan kimia lain untuk memberantas hama dan penyakit tumbuhan, dan menggunakan pupuk kimia untuk menyediakan unsur hara tanah. Cara ini merupakan pendekatan “Plester penutup luka”, mengobati satu demi satu gejala yang tampak. Akan tetapi bebek dapat melakukan sendiri semua peran tersebut. Hal ini merupakan kunci menuju teknik yang sempurna, “Bebek satu – berkat berlimpah”.
Bebek sebagai binatang pekerja yang bahagia
Pertanian model lama, begitu mudahnya menggunakan pestida, herbisida, dan pupuk kimia, tetapi mereka perlu input dari luar lainnya yaitu perlu tenaga untuk menyemprotkannya pada hamparan sawah padi. Dan kalau menggunakan mesin spray, diperlukan orang lagi untuk menjalankan mesin tersebut.
Akan tetapi, pada pertanian terpadu padi dan bebek, bebek di sawah padi dapat melakukan semua aktifitas baik penyiangan gulma, pembasmian hama, maupun pemupukan. Tidak diperlukan manejemen yang sulit atau input tenaga tambahan banyak. Maka dari itu bebek disebut “tenaga kerja binatang”. Tenaga kerja bebek sama sekali berbeda dengan tenaga kerja binatang lain seperti kuda untuk menarik muatan barang yang berat atau sapi yang digunakan untuk membajak sawah.
Kuda dan sapi dipekerjakan di lapangan mengeluarkan energi banyak, sedangkan bebek melaksanakan kerjanya sambil makan, bermain, buang kotoran dan tidur, kegiatan yang menyenangkan. Sebagai hasil bebek dan padi tumbuh secara alami. Sebenarnya bebek tersebut tidak bekerja dengan perintah tertentu, tetapi bebek dapat bergerak bebas dan senang. Kita dapat mengatakan disini bahwa bebek merupakan “binatang pekerja yang bahagia”
Bebek dapat bermain dan bergerak lebih bebas di sawah padi, dibanding broiler yang berada dalam kandang ayam yang padat dan sedikit angin. Furuno san suka pada pertanian terpadu padi dan bebek sebagai “peternakan bebas”. Bebek tidak hanya bekerja, tetapi juga memupuk padi dan melakukan banyak peran. Pertanian terpadu padi dan bebek dapat kita dinikmati. Metoda peternakan ini dengan jelas dapat memanfaatkan potensi secara penuh peternakan di Asia.

1 komentar:

PPNSI SURABAYA mengatakan...

Menarik. tidak hany kemanfaatan finansial yang qita dapat, tetapi juga 'kepuasan' ilmiah yang kita pelajari dari laku alam. MasyaAllah

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Blogger Templates