Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

Selasa, 11 Oktober 2011

Revitalisasi Pasar Hewan Tradisional


CyberSabili-JAKARTA-Setelah pelarangan impor sapi efektif berlaku, kabar menggeliatnya ternak lokal sudah satu bulan ini efektif. Kenaikan harga sapi lokal ditingkat peternak dan di pasar hewan juga sudah dirasakan oleh peternak.

“Kami melihat ini adalah gejala yang baik dan menyenangkan peternak lokal kita,” Ungkap Sekjen DPP Perhimpunan Petani Nelayan Sejahtera Indonesia (PPNSI)  Riyono.

Menurut Riyono, pengumuman hasil sensus populasi ternak sapi dan kerbau yang dilakukan oleh Deptan dan BPS menunjukkan bahwa Indonesia memiliki kemampuan untuk melakukan swasembada daging berdasarkan hasil sensus ini. Artinya semua elemen yang berhubungan dengan program ini khususnya kementan dan kemendag harus memprioritaskan program yang mengangkat potensi ternak lokal, bukan melakukan Impor.


“Seharusnya jangan imporlah, BPS saja memastikan sapi dan ternak kita cukup untuk kebutuhan dalam negeri,” tegas Riyono.

Hasil sensus BPS yang dirilis Kepala BPS Rusman mencatat sekitar 14 juta ekor sapi potong. Hasil sensus ternak sementara juga menghitung sebanyak 1,1 juta ekor populasi kerbau dan 400.000 ekor sapi perah. Dengan asumsi kebutuhan daging sapi nasional sekitar 1,76 kilogram per kapita per tahun dan jumlah penduduk sebesar 240 juta jiwa, maka kebutuhan sapi potong hanya sekitar 2,3 juta ekor saja. “Ini sudah lebih dari cukup,” ungkap Riyono.

Namun sensus lalu memberikan catatan mengenai keberadaan pasar ternak yang masih kurang dan belum maksimal pengelolaannya, bahkan Kemendag menduga bahwa jumlah pasar hewan masih kurang sehingga perlu ada penambahan pasar hewan di daerah sentra ternak.

Kalau bicara pasar ternak local, masih kata Riyono, seharusnya pemerintah segera melakukan revitalisasi pasar hewan tradisional bahkan kalau perlu daerah sentra ternak seperti Jawa Barat, Jawa tengah, NTB, Jawa Timur, setiap 1 kecamatan satu pasar ternak, sehingga peternak lokal dapat dengan mudah menjual sapi dan memudahkan dalam proses pengembangan pasar tradisional.

“Jadi dengan hasil sensus BPS sudah saatnya Indonesia menjadi negara yang mampu mengekspor sapi, sehingga cita – cita swasembada daging tidak perlu menunggu 2014,” kata Riyono.


0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Blogger Templates